Langsung ke konten utama

Mas-mas Misterius yang Tak Ingin Kamu Segera Lulus - Para Penghuni Lab Part 1

Sebagai (mantan) mahasiswa farmasi dan biotek, urusan ngelab udah jadi kegiatan sehari2. Dan kalo udah ngelab, itu bisa dari pagi sampai maghrib.
Yang sering seliweran di lab tuh juga banyak, ada laboran (pastinya), ada mahasiswa, ada dosen, ada yang pegawai cleaning service, ada juga penghuni abadi yang gak tau udah dari kapan ngelab di situ (if you know what i mean). Penghuni abadi ini jika melakukan "aktivitas"nya juga tidak mengenal waktu, juga tidak peduli suasana sedang ramai atau sepi.
Yang punya pengalaman ngelab, minimal pasti udah pernah denger atau diceritain kisah-kisah horor di laboratorium tersebut.

Kisah-kisah yang mau momi ceritain ini ada yang berdasarkan pengalaman sendiri, ada yang pengalaman temen waktu ngelab, ada juga yang cuma cerita turun temurun. Karena ada beberapa cerita jadi bakalan panjang kalo dijadiin satu, maka ceritanya mau dibikin part 1, part 2, part 3, dan seterusnya..hehe
This is the part 1..please enjoy it! 😉

*******

Pertengahan bulan Maret 2017.
Lokasi laboratorium (salah satu universitas di jogja) disamarkan demi menjaga ketentraman para mahasiswa yang lagi ngelab (takutnya jadi pada mogok ngelab) 😂😂

Hari itu cuaca cukup cerah, suasana di laboratorium lantai 3 cukup terang meskipun hari sudah menjelang sore. Cahaya matahari berwarna keemasan menembus jendela-jendela besar di laboratorium.
Hari itu cuma ada (sebut saja) Surti yang sedang menunggu selesainya running mesin PCR.

Di laboratorium itu ada meja-meja dan kursi untuk spot diskusi, menulis, membaca jurnal ataupun kegiatan lain yang tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan laboratorium. Karna bosan menunggu, Surti merebahkan kepalanya di salah satu meja diskusi yang ada di pojokan. Sambil memasang alarm di hapenya, dia memejamkan matanya dan tertidur.

Surti ini sudah cukup lama ngelab di situ, tapi sayangnya yang dia kerjakan seringkali gagal. Beberapa metode sudah dicoba, bahkan seringkali saat bekerja didampingi laboran senior yang sudah ahli. Entah salah di bagian apa, namun selalu saja ada kendala saat dia melakukan pekerjaan.

Saat Surti tertidur, Pak Sar (nama juga disamarkan) yang merupakan laboran di situ melihat Surti yang sedang tertidur di pojokan. Surti duduk di kursi sambil kepalanya direbahkan di meja.
Saat itu Pak Sar melihat Surti tidak sendirian. Di sampingnya ada seorang lelaki yang sedang memandangi Surti tidur. Pandangan yang jika dibahasakan seperti pandangan seseorang ketika melihat kekasihnya tertidur.

Pak Sar tidak berkomentar, tidak menyapa, tidak pula menaruh curiga meskipun lelaki itu asing bagi beliau.
Saat itu beliau mengira ia adalah tunangan Surti yang datang dari Surabaya.

Keesokan harinya, Pak Sar menyapa Surti di laboratorium.
"Gimana hasil running PCR-nya mbak Surti? Bagus tidak hasilnya?", tanya pak Sar.
"Gagal malih (gagal lagi), Pak. Saya juga gak tau salahnya di bagian mana.." si Surti menjawab dengan lesu.
"Ya udah gak papa, dicoba lagi aja hari ini. Kan ada masnya yang nungguin. Eh, itu kemarin tunangannya ya mbak?" Pak Sar bertanya karena penasaran.
"Mas yang mana ya pak? Tunangan saya kan kerja di Surabaya pak, mana mungkin nungguin saya ngelab," Surti menjawab dengan bingung.

Pak Sar merasa ada yang tidak beres.
Beliau meminta Surti untuk tidak bekerja di laboratoriumnya hari itu dan menyarankan Surti untuk mencoba ngelab di fakultas tempat dosen pembimbingnya mengajar.
Akhirnya Surti pindah tempat ngelab.
Dan hari itu pekerjaannya lancar jaya.
Padahal dengan metode yang sama, bahan yang sama, namun hasil yg diperoleh sangat baik tidak seperti biasanya.

Sorenya Surti dihubungi Pak Sar.
Beliau bilang kalo Surti sudah bisa ngelab lagi di laboratoriumnya mulai besok.
Kata beliau, selama ini pekerjaan Surti di lab hasilnya kurang bagus karna ada si "mas-mas misterius" yang naksir Surti. Ia tidak ingin Surti buru-buru lulus dan pergi dari situ.
Tapi sekarang sudah aman, si "mas-mas misterius" sudah diminta pergi dari situ dan tidak akan mengganggu Surti lagi.

Berdasarkan cerita Pak Sar, si "mas-mas" itu berpakaian layaknya mahasiwa pada umumnya, usianya sekitar 25th, wajahnya lebih tanpa ekspresi, namun ada sedikit senyum saat dia memandangi Surti tertidur.

Romantis sih, tapi rada-rada gimana gitu ya ngebayanginnya.. 😅😅

*******

Gitu deh cerita para penghuni lab part 1. Horornya sebenernya lebih karena ngelabnya jadi gak kelar-kelar 😂😂😂. Jadi buat kamu yang lagi ngelab tapi gagal mlulu, hayoo..coba dicek ada gak mas-mas/mbak-mbak yang juga suka mengamatimu dalam diam. 👻👻👻

Masih ada cerita seputar "mbak-mbak" yang ngelab di malam hari, atau cerita tentang "mbak-mbak" yang duduk (dalam diam) di tangga (yang jarang dilewati) di part selanjutnya 🙌🙌🙌
Salam nguik-nguik!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Because result never betray the process - akhirnya emak lulus cumlaude!

Finally ..emak ndeso ini punya blog jugak! 😂😂 Tulisan pertama, pengennya cerita perjalanan momi (yang sok-sok'an) menggapai cita-cita..haha Semoga enggak bosan bacanya, syukur-syukur bisa menginspirasi yang sekedar numpang baca 😘😘 Akhirnya transkrip nilai ini sampai di tangan. Sudah lengkap sama nilai tesis. Setelah perjuangan selama 2 tahun, rasanya campur aduk! Terharu banget akhirnya cita-cita lulus s2 bisa tercapai. Waktu pertama kali mengungkapkan keinginan buat kuliah s2, hanya suami, papa mama, dan kakak-kakak yang mendukung. Yang lainnya, memandang sebelah mata. Tidak sedikit yang nyinyir, banyak juga yang nyindir "ibu rumah tangga buat apa kuliah tinggi2". Tapi kayak bola bekel, semakin ditekan maka ia akan melambung semakin tinggi. Semakin diremehkan, maka rasanya semakin berambisi. Waktu itu suami yang menguatkan , meyakinkan bahwa momi bisa, akhirnya tutup telinga dari suara2 yang cuma bikin pening kepala. Suami juga yang nganter war

Gerimis di Bulan Desember ☔☔☔ - short story

Yogyakarta Desember 2008 "Sudah berapa lama?", tanya Laras. "Enam tahun", jawab Banyu. Mereka berdua terdiam. Tak berani menatap satu sama lain. "Kenapa kamu tidak pernah bilang?" "Karena kamu tidak pernah sendiri." Laras menatap langit sore itu. Gerimis membuat suasana hatinya semakin sendu. Ia tenggelam dalam dunianya sendiri. Mengingat pertemuannya dengan Banyu siang tadi. Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Banyu adalah cinta pertamanya, tapi ia hanya berani menatapnya dari jauh. Karena baginya, Banyu terlalu tinggi untuk diraih, terlalu jauh untuk ia sapa. Demikian pula bagi Banyu, Laras bukan seseorang yang mudah ia lupakan. Entah cinta pertama atau bukan, tapi ia selalu menanti. Menanti kesempatan itu datang padanya. Disaat Laras tidak berdua. Karena bagi keduanya, seakan-akan waktu sedang mempermainkan mereka. Laras menghela nafas. Ia membalikkan badannya dan menatap Banyu, "Itu karena terlalu mustahil rasanya jika kamu meny

Aileen's Story (Part 1): Awal Mula

Cerita Aileen berawal dari meninggalnya eyang buyut (yangyut) kakung Aileen (dari garis ayah) tahun 2015. Momi lagi hamil Keenan. Waktu itu Aileen belum genap 2 tahun, tapi dia sudah lancar bercerita. Sewaktu di rumah duka, Aileen sempat bilang sama momi "Ma, itu kenapa yangyut ada dua? Yang satu tidur (di peti), yang satu lagi duduk di (teras) depan". Momi awalnya gak terlalu mikirin, mungkin anak ini cuma ngayal. Sepulang dari rumah duka, malamnya Aileen tidur sama Kakung. Tapi semalaman dia gak mau tidur, malah main terus sambil ngoceh (cerita sendiri) sampai dini hari. Lalu dia mulai rewel, mungkin karena udah ngantuk banget, sambil nangis dia bilang "Udah to kak, aku mau bobok". Gak tau siapa yang dia panggil kakak. Aileen digendong kakungnya pake selendang. Kakung bilang "Udah bobok sekarang, sambil kakung gendong, kamu merem." Aileen merem, tapi masih sambil nangis dia bilang ke kakung "Itu kakak...nakal..tarik-tarik kakiku terus..a