Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Si Teteh - Para Penghuni Asrama Part 2

Sudah hampir setahun Marni dan Tuti tinggal di asrama Kenanga. Keusilan demi keusilan si teteh sudah pernah merek rasakan. Keusilan yang (paling ringan dan) biasa terjadi adalah suara ketukan di pintu. Biasanya "ketukan palsu" ini terjadi di atas jam 10 malam. Saat pintu dibuka, tidak ada orang yang mengetuk. Keusilan ini dialami hampir semua mahasiswa, bisa dikatakan tidak ada kamar yang terlewat dari ketukan palsu di pintu oleh si teteh. Si teteh ini sepertinya sangat ingin diakui keberadaannya. Sehingga keusilan teteh berikutnya adalah sangat suka ikut berfoto. Pada berbagai acara mahasiswa, misalnya ulang tahun atau buka bersama, saat sesi foto-foto biasanya si teteh akan ikut berfoto di antara para mahasiswa. Apakah hanya di satu foto? Jawabannya: tidak. Si teteh ikut berfoto hampir di semua foto. Baik itu foto rame-rame maupun selfie. Bayangkan saja di setiap foto yang kamu ambil selalu ada bayangan sosok wanita berambut panjang di belakangmu dengan tatapan kosong dan

Where There Is A Will, There Is A Way - Perjalanan Mendapat Beasiswa

Ungkapan tersebut pastinya udah sering banget kan ya kalian dengar atau baca. Di mana ada kemauan, maka pasti ada jalan untuk mencapai tujuan. Ungkapan tersebut rasa-rasanya adalah yang paling pas menggambarkan situasi yang momi dan teman-teman satu tim alami saat ini. Momi mau sedikit bercerita bagaimana perjuangan momi mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Awal tahun 2015, momi menyampaikan niatan hati ke suami kalo momi ingin melanjutkan studi magister. Waktu itu keinginan momi cukup menggebu-gebu, apalagi setelah banyak teman-teman momi bisa melanjutkan studi di luar negeri. Kalau diingat-ingat saat itu momi sangat kurang persiapan, tapi nekat melamar beasiswa LN LPDP. Cuma berbekal nilai toefl ITP yang berada di batas persyaratan, rekomendasi dari dosen, belum punya LoA, bahkan belum pasti nantinya mau penelitian tentang apa, hasilnya sudah pasti mudah ditebak. Momi gagal di tahap seleksi substansi. Lalu apalah momi mengurungkan niat melanjutkan studi karena gagal mendap

Si Teteh - Para Penghuni Asrama Part 1

Kisah berikut diceritakan kembali berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh seorang teman kuliah Momi di Biotek, saat ia masih berkuliah di Bogor. Enjoy it! ***** Tahun 2010, Marni (bukan nama sebenarnya) diterima sebagai mahasiswa salah satu universitas terkemuka di Bogor. Sebagai anak rantau, Marni harus memilih antara tinggal di kost-kostan atau asrama. Akhirnya ia memilih tinggal di asrama yang disediakan pihak kampus karena harga sewanya lebih murah. Asrama yang Marni tempati tidak terlalu jauh dari kampus, namun juga tidak terlalu dekat. Lokasinya di tengah-tengah kebun dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Menjelang petang, anak-anak asrama lebih memilih berada di kamar masing-masing daripada melakukan aktivitas di luar, karena jalan menuju asrama cukup gelap dan mencekam untuk dilewati. Asrama tersebut terdiri dari 3 lantai, dengan jendela-jendela menghadap ke luar pada masing-masing kamar. Tidak ada balkon di asrama tersebut, semua temboknya rata dari atas sampai bawah.

Mbak-mbak Penghuni Green House - Para Penghuni Lab Part 2

Green house tersebut terletak di atas laboratorium lantai 3. Untuk menuju ke sana, mahasiswa harus melewati deretan anak tangga di ujung utara laboratorium. Beberapa mahasiswa menggunakan green house ini sebagai tempat merawat tanaman yang digunakan dalam penelitian. Namun karena jarang digunakan, kondisi green house ini menjadi kurang terawat. Tirai hitam yang menutupi atap dan dinding green house tersebut tampak berlubang di beberapa tempat. Suasana di dalamnya cenderung "singup" dan kotor karena jarang dijamah manusia. Mahasiswa yang menaruh tanamannya di situ pun hanya sesekali datang mengecek dan tidak berlama-lama di sana. Tak heran jika green house tersebut menjadi bernuansa horor. 👹👹😈😈 Beredar cerita bahwa green house tersebut "dihuni" oleh "mbak-mbak" yang konon merupakan mantan mahasiswa yang melakukan penelitian di sana. Beberapa alumni pernah "tidak sengaja" bertemu dengan mbak-mbak (sebut saja mbak Sri) tersebut. (Amit-

Yakin Kamu Ngelab Sendirian? - Para Penghuni Lab Part 3

Pernahkan kalian menginap di lab? Atau mengerjakan penelitian sampai larut malam di lab? Tejo (bukan nama sebenarnya) sudah sering melakukannya, baik pulang larut maupun menginap di laboratorium. Apakah Tejo tidak takut? Apakah ia tidak pernah mendengarkan cerita-cerita seram yang beredar di lab? Jawabannya: tentu saja pernah. Tapi ia tidak punya waktu untuk takut. Ia harus segera menyelesaikan penelitiannya. Ia harus segera lulus. Untuk mengatasi rasa takutnya, Tejo tidak pernah ngelab sendiri. Ia selalu mengajak teman untuk menemaninya sampai larut malam. Tapi malam itu temannya tidak bisa datang, sedangkan pekerjaan penelitiaanya tidak bisa ia tinggalkan. Mau tidak mau dia harus bekerja sendirian. Meskipun ada rasa takut, tapi ia tetap nekat. Suasana kampus di menjelang malam sangat sepi. Hanya ada satpam yang berpatroli di sepanjang lorong kampus.  Laboratorium tempat Tejo bekerja berada di ujung barat lantai 3 gedung. Lokasinya sangat jarang dilalui orang. Ruangan lab terseb