Langsung ke konten utama

Si Teteh - Para Penghuni Asrama Part 1

Kisah berikut diceritakan kembali berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh seorang teman kuliah Momi di Biotek, saat ia masih berkuliah di Bogor. Enjoy it!

*****

Tahun 2010, Marni (bukan nama sebenarnya) diterima sebagai mahasiswa salah satu universitas terkemuka di Bogor. Sebagai anak rantau, Marni harus memilih antara tinggal di kost-kostan atau asrama. Akhirnya ia memilih tinggal di asrama yang disediakan pihak kampus karena harga sewanya lebih murah.

Asrama yang Marni tempati tidak terlalu jauh dari kampus, namun juga tidak terlalu dekat. Lokasinya di tengah-tengah kebun dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Menjelang petang, anak-anak asrama lebih memilih berada di kamar masing-masing daripada melakukan aktivitas di luar, karena jalan menuju asrama cukup gelap dan mencekam untuk dilewati. Asrama tersebut terdiri dari 3 lantai, dengan jendela-jendela menghadap ke luar pada masing-masing kamar. Tidak ada balkon di asrama tersebut, semua temboknya rata dari atas sampai bawah. Tiap kamar memiliki 2 pasang tempat tidur tingkat, sehingga satu kamar bisa dihuni 2-4 orang mahasiswa. Di dalam kamar juga terdapat meja belajar yang menghadap ke jendela, lemari baju di pojokan kamar, dan difasilitasi kamar mandi dalam. Di belakang asrama sebelah barat, terdapat sebuah sumur tua yang sudah tidak terpakai. Di sinilah dipercaya tempat tinggal "makhluk" yang oleh penghuni asrama dipanggil "teteh" yang berarti kakak/saudara perempuan dalam bahasa Sunda.

Kamar Marni berada di lantai 3, kamar ketiga sebelum ujung barat asrama. Marni tinggal bersama temannya Tuti (bukan nama sebenarnya), mereka hanya tinggal berdua di kamar itu. Saat awal masuk asrama, mereka sudah diwanti-wanti tentang keberadaan si teteh yang suka mengganggu mahasiswa baru dari senior mereka. Meskipun banyak cerita yang beredar mengenai si teteh yang usil, namun nyatanya semua kamar tetap terisi dengan mahasiswa.

Awal perkuliahan, masih belum banyak tugas yang dibebankan pada mahasiswa. Namun menjelang ujian tengah semester, tugas-tugas mulai menumpuk. Marni pun mau tidak mau harus sering lembur mengerjakan tugas. Sedangkan Tuti tidak pernah lembur karena tidak sanggup begadang.

Suatu hari, waktu menunjukkan jam 11 malam, suasana asrama sudah sangat sepi. Sebagian penghuni asrama sudah tidur. Marni duduk di bangku meja belajarnya, ia masih mengerjakan tugas yang harus dikumpulkannya keesokan harinya. Karena tidak ingin mengganggu Tuti yang sedang tidur, Marni hanya menyalakan lampu belajar di atas mejanya. Jendela di depan meja belajarnya tidak bertirai. Di luar jendela sangat gelap, nyaris tidak tampak apapun kecuali bayangan dahan pohon yang bergoyang tertiup angin. Tiba-tiba Marni merinding. Bulu kuduk di tangan dan tengkuknya berdiri. Ia langsung waspada.
Di ujung jendelanya tampak rambut hitam menjuntai. Lama kelamaan rambut tersebut menjuntai makin panjang.
(Note: Kalau ada yang pernah baca kisah misteri "Keluarga Tak Kasat Mata" di kaskus, kira-kira penggambaran rambut menjuntai ini sama seperti yang dialami teman penulis kisah tersebut di kamar mandi kantornya, dimana di sana juga diceritakan ada rambut panjang menjuntai dari jendela kamar mandi). OK, kembali ke cerita Marni. Keringat dingin mulai membasahi baju Marni. Segera ia membaca doa-doa. Rambut tersebut perlahan-lahan memendek dan menghilang. Namun di balik jendelanya, di antara bayangan pohon-pohon, untuk pertama kalinya Marni melihat si "teteh" melayang membelakanginya. Rambut teteh yang hitam dan panjang tampak berkibar-kibar ditiup angin. Saat peristiwa tersebut berakhir, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Marni tidak ingin meneruskan pekerjaannya, ia takut akan diganggu lagi. Segera ia matikan lampu belajar dan beranjak tidur.

Keesokan harinya, Marni menimbang-nimbamg apakah akan menceritakan kejadian tersebut pada Tuti atau tidak. Akhirnya Marni memilih diam karena khawatir Tuti akan pindah jika Marni menceritakan kejadian semalam.

Hari-hari berlalu seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Siang itu Marni tidak ada kuliah jadi dia berencana pulang cepat ke asrama. Pintu kamarnya terkunci, Marni membukanya. Di dalam kamar, si Tuti tampak sedang berbaring di tingkat 2 kasurnya. Dia memang biasa menghabiskan waktu di sana, meskipun kalau tidur malam selalu di kasur bawah di seberang tempat tidur Marni. Setelah menata sepatunya di rak dan menaruh tasnya di meja belajar, Marni merebahkan diri di kasurnya.
"Kok tumben siang-siang kamu kunci pintu, Tut", kata Marni. Tapi tidak ada sahutan dari Tuti. Tak berniat membangunkan Tuti, Marni pun sibuk dengan hp-nya. Rambut Tuti yang panjang tergerai dari atas, membuat Marni risih.
"Tut, rambutmu tu lho, mbok dikucir biar gak jatuh-jatuh ke bawah", kata Marni sambil menyibak-nyibakkan rambut Tuti.
Tidak ada jawaban dari atas.
"Ah, Tuti pasti sangat nyenyak tidurnya", pikir Marni.
Sesaat kemudian ada pesan masuk ke hp Marni. Sms dari Tuti, "Mar, kamu mau nitip beli makan gak? Mumpung aku baru mau balik ke asrama nih."
Marni masih sempat membalas, "Gak usah, aku udah makan tadi sebelum balik".
Pesan terkirim.
Sejenak Marni berpikir. Lalu ia teringat kalau Tuti ada kuliah siang itu. Kalau Tuti masih ada di kampus, lalu siapa yang ada di kasur atas?
Deg-degan, Marni turun dari kasur. Ia berjalan menuju pintu. Segera ia keluar dari kamar. Sesaat sebelum pintu kamar kembali tertutup, Marni melihat si teteh duduk di kasur atas, kakinya menjuntai ke bawah, tiba-tiba si teteh berpaling memandang Marni, lalu tersenyum. Senyum yang mengerikan.
Seketika Marni berteriak, "Tolongggggg..."

*****

Lalu, apakah hanya sampai di situ "keisengan" si teteh? 😏😏😏
Tunggu lanjutan cerita si Marni pada part selanjutnya yak.. 🙆🙆🙆

- END -

Komentar

  1. Kamu bikin buku isinya kumpulan cerita horor aja moo, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha..aku nulis buku masak aja ah..wkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Because result never betray the process - akhirnya emak lulus cumlaude!

Finally ..emak ndeso ini punya blog jugak! 😂😂 Tulisan pertama, pengennya cerita perjalanan momi (yang sok-sok'an) menggapai cita-cita..haha Semoga enggak bosan bacanya, syukur-syukur bisa menginspirasi yang sekedar numpang baca 😘😘 Akhirnya transkrip nilai ini sampai di tangan. Sudah lengkap sama nilai tesis. Setelah perjuangan selama 2 tahun, rasanya campur aduk! Terharu banget akhirnya cita-cita lulus s2 bisa tercapai. Waktu pertama kali mengungkapkan keinginan buat kuliah s2, hanya suami, papa mama, dan kakak-kakak yang mendukung. Yang lainnya, memandang sebelah mata. Tidak sedikit yang nyinyir, banyak juga yang nyindir "ibu rumah tangga buat apa kuliah tinggi2". Tapi kayak bola bekel, semakin ditekan maka ia akan melambung semakin tinggi. Semakin diremehkan, maka rasanya semakin berambisi. Waktu itu suami yang menguatkan , meyakinkan bahwa momi bisa, akhirnya tutup telinga dari suara2 yang cuma bikin pening kepala. Suami juga yang nganter war

Gerimis di Bulan Desember ☔☔☔ - short story

Yogyakarta Desember 2008 "Sudah berapa lama?", tanya Laras. "Enam tahun", jawab Banyu. Mereka berdua terdiam. Tak berani menatap satu sama lain. "Kenapa kamu tidak pernah bilang?" "Karena kamu tidak pernah sendiri." Laras menatap langit sore itu. Gerimis membuat suasana hatinya semakin sendu. Ia tenggelam dalam dunianya sendiri. Mengingat pertemuannya dengan Banyu siang tadi. Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Banyu adalah cinta pertamanya, tapi ia hanya berani menatapnya dari jauh. Karena baginya, Banyu terlalu tinggi untuk diraih, terlalu jauh untuk ia sapa. Demikian pula bagi Banyu, Laras bukan seseorang yang mudah ia lupakan. Entah cinta pertama atau bukan, tapi ia selalu menanti. Menanti kesempatan itu datang padanya. Disaat Laras tidak berdua. Karena bagi keduanya, seakan-akan waktu sedang mempermainkan mereka. Laras menghela nafas. Ia membalikkan badannya dan menatap Banyu, "Itu karena terlalu mustahil rasanya jika kamu meny

Aileen's Story (Part 1): Awal Mula

Cerita Aileen berawal dari meninggalnya eyang buyut (yangyut) kakung Aileen (dari garis ayah) tahun 2015. Momi lagi hamil Keenan. Waktu itu Aileen belum genap 2 tahun, tapi dia sudah lancar bercerita. Sewaktu di rumah duka, Aileen sempat bilang sama momi "Ma, itu kenapa yangyut ada dua? Yang satu tidur (di peti), yang satu lagi duduk di (teras) depan". Momi awalnya gak terlalu mikirin, mungkin anak ini cuma ngayal. Sepulang dari rumah duka, malamnya Aileen tidur sama Kakung. Tapi semalaman dia gak mau tidur, malah main terus sambil ngoceh (cerita sendiri) sampai dini hari. Lalu dia mulai rewel, mungkin karena udah ngantuk banget, sambil nangis dia bilang "Udah to kak, aku mau bobok". Gak tau siapa yang dia panggil kakak. Aileen digendong kakungnya pake selendang. Kakung bilang "Udah bobok sekarang, sambil kakung gendong, kamu merem." Aileen merem, tapi masih sambil nangis dia bilang ke kakung "Itu kakak...nakal..tarik-tarik kakiku terus..a