Langsung ke konten utama

Where There Is A Will, There Is A Way - Perjalanan Mendapat Beasiswa

Ungkapan tersebut pastinya udah sering banget kan ya kalian dengar atau baca. Di mana ada kemauan, maka pasti ada jalan untuk mencapai tujuan. Ungkapan tersebut rasa-rasanya adalah yang paling pas menggambarkan situasi yang momi dan teman-teman satu tim alami saat ini. Momi mau sedikit bercerita bagaimana perjuangan momi mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2.

Awal tahun 2015, momi menyampaikan niatan hati ke suami kalo momi ingin melanjutkan studi magister. Waktu itu keinginan momi cukup menggebu-gebu, apalagi setelah banyak teman-teman momi bisa melanjutkan studi di luar negeri. Kalau diingat-ingat saat itu momi sangat kurang persiapan, tapi nekat melamar beasiswa LN LPDP. Cuma berbekal nilai toefl ITP yang berada di batas persyaratan, rekomendasi dari dosen, belum punya LoA, bahkan belum pasti nantinya mau penelitian tentang apa, hasilnya sudah pasti mudah ditebak. Momi gagal di tahap seleksi substansi. Lalu apalah momi mengurungkan niat melanjutkan studi karena gagal mendapat beasiswa ke luar negeri?
TIDAK. Momi terlalu lama menahan keinginan untuk bisa sekolah lagi, maka saat gagal mendapat beasiswa, momi langsung banting stir. Kembali modal nekat, momi mendaftar di magister Bioteknologi UGM. Kenapa momi bilang nekat? Karena pada waktu itu tabungan momi cuma cukup untuk membayar 2 semester, lalu sisa semester berikutnya bagaimana? Penelitian kelak bagaimana? Uang dari mana? Ahhh..dipikir sambil jalan aja lah.. 😂😂😂 Yang penting suami sudah mengijinkan, orang tua sudah merestui, maka gas terus aja jangan kasih kendor semangatnya! 😋😉

Menjelang pengumuman penerimaan mahasiswa, momi baru tau kalo momi hamil anak kedua. Sempat dilema, mau lanjut atau mundur aja ya..karena kuliah di biotek itu tidak mudah, tugasnya banyak bukan main, dan ada praktikum dengan waktu yang panjang, belum lagi harus penelitian di lab berbulan-bulan. Setelah kembali meminta persetujuan suami, dengan kemantapan hati, maka momi akhirnya daftar ulang juga setelah ada pengumuman diterima. 😊

Selama perkuliahan, momi selalu berusaha memberikan usaha terbaik dalam menyelesaikan tugas maupun ujian, agar nantinya tidak ada penyesalan kalo nilainya keluar. Kartu Hasil Studi (KHS) semester 1 momi terima. Hasilnya cukup memuaskan. Sambil kuliah, momi tetap mencari informasi beasiswa yang mau membiayai kuliah on going, antara lain Beasiswa Unggulan (BU), Tanoto, dan Bakrie. Namun ketiga beasiswa tersebut belum ada bukaan di akhir semester 1.

Kembali momi menjalani hari-hari perkuliahan seperti biasa di semester 2. Kembali sibuk dengan tugas-tugas kuliah dan belajar kelompok. Pada tanggal 26 Februari 2016, momi melahirkan anak  kedua. Tidak ada waktu buat cuti hamil dan melahirkan. Pagi sebelum melahirkan, momi masih naik motor sendiri ke kampus, malamnya masih ngerjain paper, lalu menjelang dini hari momi pecah ketuban, besok paginya lahiran 😂. Benar-benar tidak ada waktu untuk bersantai. 2 minggu setelah melahirkan, momi sudah harus kembali ke kampus karena tugas-tugas dan praktikum yang tidak bisa ditinggalkan.
Menjelang akhir semester 2, ada pengumuman pembukaan beasiswa Tanoto dan BU. Momi buru-buru mempersiapkan segala persyaratan. Jika diingat-ingat kembali, momi bahkan tidak memenuhi persyaratan rentang waktu kelulusan dari s1 (maksimal 5 tahun) yang diminta oleh BU, namun momi tetap mencoba mendaftar.
Akhirnya momi lolos seleksi administrasi untuk kedua beasiswa tersebut. Seleksi beasiswa Tanoto terdiri dari 3 tahap, yaitu seleksi administrasi, psikotest dan LGD, serta wawancara. Momi masih ingat dalam setiap proses seleksi itu momi selalu membawa-bawa tas pumping kemana-mana. Bahkan momi sempat tidak bisa berkonsentrasi waktu mengerjakan psikotest karena baju yang momi pakai basah kuyup kena asi yang tidak terpompa lebih dari 3 jam (thx to jas alamamater yang menutupinya 😂😂). Btw, momi psikotest dan LGD di fakultas psikologi UGM, di sana ada ruang pumping..wow..sangat menyenangkan saat kebutuhan untuk para ibu menyusui diperhatikan, haha. Jadi setelah psikotest sambil nunggu giliran LGD, momi sempat pumping asi dulu di ruang pumping..haha..
Setelah menyelesaikan seleksi tahap 2, harus nunggu pengumuman lagi siapa saja yang lolos ke tahap wawancara. Akhirnya momi dipanggil lagi untuk wawancara beberapa minggu setelah seleksi tahap 2 berakhir. Sayangnya momi gagal di tahap wawancara ini, mungkin memang belum rejekinya 😁😁

Hampir bersamaan dengan seleksi Tanoto, momi dapat email dari BU kalo momi lolos seleksi administrasi. Waktu itu momi tidak berharap akan bisa sampai ke tahap akhir karena sepertinya momi kurang memenuhi persyaratan. Ternyata di BU seleksinya hanya 2 tahap, yaitu seleksi administrasi dan wawancara, sehingga otomatis momi langsung memasuki seleksi tahap akhir donk ya.. (Waktu itu sempat terpikir mau pinjam uang ke siapa ya kalo sampai gak dapat beasiswa, apa cuti studi dulu ya.. 😂😂)
Tahap wawancara dengan perwakilan BU tidak seketat seperti seleksi LPDP maupun Tanoto dimana pada kedua beasiswa tersebut wawancara dilakukan oleh 3 reviewer (psikolog, akademisi, dan dari pihak pemberi beasiswa). Pada tahap wawancara BU, reviewernya hanya ada satu orang. Bapak reviewernya ganteng dan baik hati, hahaha 😍😍. Semua kelengkapan berkas momi dicek kembali pada saat wawancara, selanjutnya bapak reviewer hanya mengajak berbincang seputar keluarga dan kegiatan perkuliahan. Kemudian bapak reviewer ini menjelaskan tentang kontrak antara pemberi beasiswa dan penerima beasiswa. Lalu momi langsung dinyatakan lulus seleksi saat itu juga 😂. Momi diminta untuk tanda tangan di atas materei. Udah gitu aja..wkwk

Awal semester 3, uang beasiswa belum ditransfer ke rekening, padahal momi udah harus bayar uang kuliah kan ya..
Sisa tabungan enggak cukup buat nutup bayar UKT, akhirnya momi jual sebagian mas kawin waktu nikah (maapkan aku ya mama mertua 😂). Setelah uang beasiswa tahap 1 cair, sedikit bisa bernafas lega. Tapi apakah uang beasisa tersebut cukup untuk membiayai penelitian juga? Tentu tidak. Penelitian momi dan teman-teman memerlukan biaya yang besar (lebih dari 100jt, lebihnya banyak tapi ya 😅😅). Dengan uang beasiswa tersebut tentu saja tidak cukup. Akhirnya mulailah momi dan teman-teman berburu beasiswa penelitian, karena biaya penelitian tidak termasuk dalam komponen yang di-cover oleh BU.

Perjalanan mencari beasiswa dimulai. Kami awali dengan mengajukan proposal hibah penelitian ke Nutrifood. Setelah penantian panjang, ternyata proposal kami ditolak, mungkin karena sasarannya haruslah penelitian yang bisa dijadikan produk pangan komersil. Selanjutnya kami mengajukan proposal hibah Insinas Pratama. Pembuatan proposal kali ini adalah yang paling menguras emosi. Persyaratan pendaftaran sangat banyak dan menurut kami tahapan pendaftarannya pun tidak mudah. Kami kembali gagal. Tidak berhenti sampai di situ, kami mencoba mendaftar hibah penelitian Mizan. Kami memasukkan 2 proposal, dan keduanya gagal. Kami tidak pernah berhenti mencoba. Pada akhir tahun 2016 kami kembali mencoba mendaftarkan hibah penelitian Insinas Pratama gelombang 2. Gagal berkali-kali membuat saya dan teman-teman akhirnya berusaha "nrimo" keadaan, artinya kami harus bersiap-siap membiayai seluruh penelitian kami sendiri. Pada akhir bulan April 2017, saya dan teman-teman satu tim mendaftar beasiswa penelitian tesis LPDP. Pada waktu itu tidak ada keterangan yang jeas di web kapan waktu pengumuman seleksi administrasi maupun seleksi substansi, jadi kami juga tidak terlalu berharap.

Di tengah-tengah penelitian, dosen pembimbing kami memnginfokan ada hibah penelitian Dana Masyarakat (DAMAS), hanya saja yang mengajukan harus mahasiswa kedokteran. Akhirnya dosen kami mencarikan 3 mahasiswa S1 kedokteran untuk dimasukkan ke tim kami. Proposal DAMAS diajukan, tentunya dengan nama rekan-rekan mahasiswa kedokteran. Beberapa waktu kemudian ada pengumuman bahwa dosen kami harus melakukan presentasi. Kami mempersiapkan segala yang dibutuhkan, proposal dan ppt. Puji Tuhan proposal DAMAS tersebut lolos didanai, tentu saja atas nama dosen dan rekan mahasiswa kedokteran. Lalu apakah jumlahnya cukup untuk membiayai penelitian kami? Tidak. Bahkan tidak sampai seperlimanya. Lalu bolehkah kami tetap mencari pembiayayaan (mencari beasiswa) dari tempat lain? Boleh. Karena pada dasarnya bukan nama kami yang tercatat sebagai penerima DAMAS.

Sekitar akhir Agustus 2017, momi mendapat info bahwa hasil seleksi LPDP bantuan tesis sudah diumumkan. Buru-buru momi mengecek web LPDP dan email. Benar saja, di web LPDP tertulis bahwa momi lolos seleksi substansi. Sedikit bingung dan ragu-ragu, kok tiba-tiba sudah lolos seleksi substansi? Bukannya untuk beasiswa bantuan tesis seharusnya ada tahap wawancara? Momi segera menguhungi teman-teman satu tim. Yang menakjubkan adalah kami berlima ternyata lolos semua! 

Untuk memastikan, Branita, teman satu tim momi mengirim email ke pihak LPDP dan menanyakan apakah masih ada tahap seleksi selanjutnya. Harap-harap cemas, kami menunggu email balasan. Berikut adalah email balasan dari pihak LPDP.

Masih saja kami belum berani percaya.
"Aku percaya kalo udah dimintai nomer rekening!", begitulah kata-kata Branita pada percakapan di grup wa 😂
Benar saja, hari ini ada email masuk dari pihak LPDP yang meminta kami mengisi beberapa data terkait nomer rekening! Horeeeee..!!! 🙆🙆 Hahahaha..karena harus menggunakan rekening BRI atas nama sendiri, maka pagi ini juga kami membuat rekening Simpedes BRI (yang paling murah setoran awalnya 😂😂).

Flashback obrolan pagi tadi dengan si Pre, dia cerita tentang blog yang pernah dia baca milik seseorang yang banyak mendapat beasiswa.
"Banyak orang tanya ke dia mom, kok dia bisa dapat banyak beasiswa tu tipsnya apa?"
Lalu momi tanya "Trus dia jawab apa, Pre?"
"Jawabannya dia tu cuma gini mom, ya saya coba aja daftar. Udah mom gitu aja dia jawabnya", kata Pre.
Kalau dipikir-pikir bener juga. Melamar besiswa memang perlu persiapan matang, tapi yang paling penting adalah kamu harus mendaftar. Persiapan matang, tapi gak daftar ya mana mungkin lolos 😅
Om-nya momi pernah bilang, kalo kita mendaftar beasiswa maupun seleksi kerja, maka peluang diterima adalah 50:50. Tapi kalo kita gak mendaftar, maka peluang kita diterima adalah nol. Kita cuma bisa berusaha sebaik dan semampu kita. Selebihnya hanya reviewer dan Tuhan yang menentukan. Dan yakinlah bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang misterius memampukan kita melewati segala persoalan. Jangan berhenti berdoa dan berusaha. Jangan pula terlalu banyak mengeluhkan keterbatasan kita karena pastinya Tuhan sudah mengukur batas kemampuan umatnya. Bersyukur dalam segala situasi, bahwa persoalan-persoalan yang ada menjadikan kita lebih matang dan menempa kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Where there is a will, there is a way.
Keep fighting! ❤❤👍👍

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Because result never betray the process - akhirnya emak lulus cumlaude!

Finally ..emak ndeso ini punya blog jugak! 😂😂 Tulisan pertama, pengennya cerita perjalanan momi (yang sok-sok'an) menggapai cita-cita..haha Semoga enggak bosan bacanya, syukur-syukur bisa menginspirasi yang sekedar numpang baca 😘😘 Akhirnya transkrip nilai ini sampai di tangan. Sudah lengkap sama nilai tesis. Setelah perjuangan selama 2 tahun, rasanya campur aduk! Terharu banget akhirnya cita-cita lulus s2 bisa tercapai. Waktu pertama kali mengungkapkan keinginan buat kuliah s2, hanya suami, papa mama, dan kakak-kakak yang mendukung. Yang lainnya, memandang sebelah mata. Tidak sedikit yang nyinyir, banyak juga yang nyindir "ibu rumah tangga buat apa kuliah tinggi2". Tapi kayak bola bekel, semakin ditekan maka ia akan melambung semakin tinggi. Semakin diremehkan, maka rasanya semakin berambisi. Waktu itu suami yang menguatkan , meyakinkan bahwa momi bisa, akhirnya tutup telinga dari suara2 yang cuma bikin pening kepala. Suami juga yang nganter war

Gerimis di Bulan Desember ☔☔☔ - short story

Yogyakarta Desember 2008 "Sudah berapa lama?", tanya Laras. "Enam tahun", jawab Banyu. Mereka berdua terdiam. Tak berani menatap satu sama lain. "Kenapa kamu tidak pernah bilang?" "Karena kamu tidak pernah sendiri." Laras menatap langit sore itu. Gerimis membuat suasana hatinya semakin sendu. Ia tenggelam dalam dunianya sendiri. Mengingat pertemuannya dengan Banyu siang tadi. Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Banyu adalah cinta pertamanya, tapi ia hanya berani menatapnya dari jauh. Karena baginya, Banyu terlalu tinggi untuk diraih, terlalu jauh untuk ia sapa. Demikian pula bagi Banyu, Laras bukan seseorang yang mudah ia lupakan. Entah cinta pertama atau bukan, tapi ia selalu menanti. Menanti kesempatan itu datang padanya. Disaat Laras tidak berdua. Karena bagi keduanya, seakan-akan waktu sedang mempermainkan mereka. Laras menghela nafas. Ia membalikkan badannya dan menatap Banyu, "Itu karena terlalu mustahil rasanya jika kamu meny

Aileen's Story (Part 1): Awal Mula

Cerita Aileen berawal dari meninggalnya eyang buyut (yangyut) kakung Aileen (dari garis ayah) tahun 2015. Momi lagi hamil Keenan. Waktu itu Aileen belum genap 2 tahun, tapi dia sudah lancar bercerita. Sewaktu di rumah duka, Aileen sempat bilang sama momi "Ma, itu kenapa yangyut ada dua? Yang satu tidur (di peti), yang satu lagi duduk di (teras) depan". Momi awalnya gak terlalu mikirin, mungkin anak ini cuma ngayal. Sepulang dari rumah duka, malamnya Aileen tidur sama Kakung. Tapi semalaman dia gak mau tidur, malah main terus sambil ngoceh (cerita sendiri) sampai dini hari. Lalu dia mulai rewel, mungkin karena udah ngantuk banget, sambil nangis dia bilang "Udah to kak, aku mau bobok". Gak tau siapa yang dia panggil kakak. Aileen digendong kakungnya pake selendang. Kakung bilang "Udah bobok sekarang, sambil kakung gendong, kamu merem." Aileen merem, tapi masih sambil nangis dia bilang ke kakung "Itu kakak...nakal..tarik-tarik kakiku terus..a